Setiap Wanita yang telah menikah pasti mendambakan kehamilan dan melahirkan anak pertamanya. Tentunya aku juga, ingin sekali membahagiakan suami dengan melahirkan buah hati kita. Lima minggu setelah menikah tepatnya tgl 16 Januari 2014, alhamdullillah aku positif hamil. Aku dan suami sangat senang sekali dan bersyukur karena kami diberikan rejeki oleh Allah dengan cepat.
hasil tespeck
Saat itu juga aku dan suami sebar kabar gembira ke keluarga kami. Mereka menyambut dengan suka cita, maklumlah karena calon bayi kami akan menjadi cucu pertama dari kedua keluarga :) Minggu2 awal kehamilan tidak ada perubahan yang spesial dengan tubuhku. Tetapi waktu masuk minggu ke-6 aku mengalami perubahan yang signifikan "alergi bau2an" Setiap kali ada yang masak, Oh my god bau itu benar2 bikin kepala pusing dan rasa ingin muntah. Sempat mengalami rasa capek karena mau tidak mau aku harus menahan rasa muntah tiap hari.
Bagaimana g capek, aku g bisa menghindari bau2 menyengat itu karena aku kerja di media cetak yang mengulas seputar masakan. Setiap hari selalu ada aktifitas di dapur, betapa malangnya nasibku. Inilah suka duka ibu hamil :)
hasil usg usia minggu ke-6
Masuk minggu ke-7 aku mengalami flek, pertama kalinya aku tidak kuatir karena browsing sana sini bahwa sebagian wanita hamil mengalami flek flek di awal kehamilan. tapi setelah 2 hari flek terus, tumbuhlan rasa kuatir, rasa cemas, rasa takut. Akhirnya aku putuskan untuk ke dokter, padahal seminggu sebelumnya sudah ke dokter dan USG, hasilnya bagus tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Tujuh minggu 3 hari, itulah hasil USG ku waktu itu. kondisi janin sehat, sudah ada detak jantungnya. Senang sekali liat tubuh janinku bergerak karena ada detak jantungnya. Karena aku mengalami flek, jadi dikasih obat penguat oleh dokter "Cygest" namanya.
Besok sore tepatnya hari sabtu tanggal 8 Februari 2014 aku mengalami sakit, badan panas dan mual-mual. Dua hari panas naik turun, kasian suamiku begadang untuk ganti kompresku. waktu sakit aku tidak ke dokter karena badanku tidak kuat kalau harus naik sepeda motor dengan jarak jauh, jadi aku pergi ke bidan terdekat. Dikasih obat penurun panas dengan dosis rendah karena ibu hamil tidak boleh minum obat.
Selasa sudah lumayan membaik, dan hari rabu sudah masuk kerja. Seminggu kemudian aku flek lagi, rasa kuatir dan takut timbul lagi, sampai tidak bisa tidur karena kepikiran. Tanggal 25 Februari flek masih ada dan keluarnya lumayan banyak, aku kabari suamiku dan aku minta ijin untuk pulang setengah hari. Akhirnya saat itu juga aku dan suami pergi ke dokter. Seharusnya dokter yang menangani aku itu jadwalnya hari Rabu malam, tapi karena emergency banget akhirnya aku ditangani oleh dokter yang jaga pagi.
Sewaktu dicek lewat USG, janinku masih keliatan. aku dan suami harap-harap cemas karena lama sekali dokternya periksa-nya. Giliran cek detak jantung, aku sempat curiga kok dilayar tidak ada denyut jantungnya. Setelah pemeriksaan USG selesai, dokter bilang kalau janinku tidak berkembang, seharusnya usianya sekarang masuk minggu ke-9 tapi hasil USG menyatakan bahwa ukuran janinku tetap pada usia 7 minggu 3 hari dan aku harus "Kurret" karena sudah tidak bisa dipertahankan lagi.
Tangisku pecah sudah waktu suamiku antri obat, aku g bisa nahan tangis ini. Harapan yang tinggi akhirnya berakhir di meja kurret. Berharap bahwa ini hanya mimpi, tapi inilah jalan hidup yang harus kutempuh. Kami yakinkan pada diri kami, bahwa inilah jalan yang terbaik yang Allah kasih untuk kita. Kami yakin bahwa Allah sayang pada kita, mungkin saat ini belum waktu yang tepat untuk kami.
Semalam sebelum kurret, aku dikasih obat agar bisa kontraksi di pagi
harinya. Beneran habis minum obat itu, paginya langsung keluar darah
banyak banget, perut sakit seperti sedang menstruasi. Setibanya dirumah
sakit, diperiksa susternya apa sudah pembukaan atau belum. Karena aku
belum pembukaan, jadi dikasih obat lagi dan obat ini efeknya luar biasa.
Perut benar2 sakit, mungkin ini rasa yang harus aku tahan kalau aku
melehirkan.
Tiga jam setelah aku menahan rasa sakit, akhirnya dilakukan proses
kurret. Aku pikir proses kurret bikin sakit, ternyata tidak karena aku dibius tidur, jadi tidak merasakan sakit apa2. Waktu aku sadar, ibuku sudah
disampingku menemaniku. Biaya curretage 2,3 jt di RSI Jemursari, itu sudah termasuk biaya kamar dan lain-lain. . Suami, Ibu, Mama dan papa mertua ikut mengantarku ke RS, Bapak tidak bisa ikut karena kerja. Hati tenang karena ditemani mereka.
Setelah kurret, aku banyak menangis. Sering sekali tiba-tiba teringat dan menangis. Emosi tidak bisa ditahan, tapi perlahan demi perlahan alhamdullillah rasa sedih itu hilang. Dua minggu adalah waktu yang kubutuhkan untuk menghilangkan rasa sedih. Beruntunglah aku, banyak teman2 yang support, Suami menenangkanku, bapak, ibu, adik2 dan mertua juga.
Ikhlas memang sulit, tapi bagaimanapun ini sudah jadi takdirku. Tidak perlu menyalahkan siapapun, karena jika Allah berkehendak, maka kehendak itu akan terwujud. Lebih baik aku tetap berpikir positif dan terus berusaha, jangan patah semangat. Pasti Allah punya rencana lain yang lebih indah untukku dan suamiku.
Ikhtiar dan doa, semoga impianku dan suamiku terwujud. Amin :)
Thanks for reading
Love,
Isti
Caiyo isti... keep fighting!!
ReplyDeletesemua terjadi bukan karena kebetulan belaka :) akupun masih mengharapkan kehadiran buah hati yg tak kunjung datang ;)
tetep istiqomah yaa...
huge crush... ♡
iya.. terima kasih ya lid . bighug :) <3 kudoakan juga buat km semoga cepet diberi momongan. aminnn :)
ReplyDelete