Pages

Wednesday, September 2, 2015

Duduk depan saja mbak

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah entah sampai berapa langkah aku berjalan untuk mencari angkot yang kutuju. Hijau dan kuning, dari jauh sudah bisa kulihat batang hidung angkot itu.

"Bungur.. bungur... bungur mbak?"

"Graha pena ya pak"

"Iya mbak"

Celana pendek yang usang, baju yang lusuh dan sandal jepit yang hampir putus, Bapak itu membukakan pintu depan untukku, tapi kakiku ini reflek langsung naik ke pintu belakang. Maaf kalau tidak sopan pada bapak yang membukakan pintu untukku, tapi karena sudah lama tidak naik angkot, jadi pikiran ini agak was-was kalau duduk di depan. Bangku kosong sudah mulai terisi, pak sopir melangkah duduk di singgasananya, itu artinya angkot akan segera berangkat.

"Bungur pak?" Seseorang lelaki bertanya pada pak sopir.

"Iya, masuk saja pak"

Lelaki itu langsung mendaratkan badannya dan duduk tepat di depanku. Tato menjalar disekujur tubuhnya, brewok yang aneh, otot2 wajahnya sangat ketara sekali, tangannya merogoh saku seolah mencari sesuatu. Sebatang rokok dikeluarkannya dari saku.

Oh no.. please jangan ngerokok disini ( pintaku dalam hati) tapi apa daya, asap rokok berkeliling di dalam angkot.

"Duduk depan saja mbak" Pak sopir berkata padaku.

-_-") aku jadi malu pada bapak sopir yang telah kutolak niat baiknya dengan membukakan pintu depan untukku. Mau pindah depan, eh ada wanita yang datang dan langsung duduk depan. Menyesal memang datangnya selalu telat.